HAH, mendadak dangdut jadi pengamat psikotest, yup, hal ini dikarenakan saya masih penasaran, gimana cara kerja nih tes, padahal temen saya yang duitnya banyak bilang kalo tes kaya gini gag penting, yang penting toh bisa ngehasilin duit. yeah, what ever deh, selagi waiting for my TPA test di UB, dan ternyata banyak orang nge click postingan saya, akhirnya seru juga jadi researcher tentang gimana nih tes punya aplikasi dalam true living. jadi kali ini topiknya adalah DRAW A MAN, teringat gambar gwa yang KWAARTTUN kemarin pas main tes di UBAYA, dan failed (HE9) menjadikan saya makin penasaran aja, so lets check it out, mari belajar bareng. source nih buku tar di tuliskan di belakang rangkaina tulisan ini. :) , Ampel May 26 2010
Tes Grafis
Tehnik proyeksi yang dipakai tes grafis ini seringkali disebut sebagai tehnik ekspresif. Yang banyak dikenal dan banyak dipakai oleh para psikolog Indonesia adalah:
- Gambar Orang (Draw a Person Test)
- Gambar Pohon (Draw a tree Test)
- Tes Wartegg
Tes grafis disebut juga sebagai paper and pencil test karena hanya melibatkan 2 bahan tersebut dan dianggap sebagai tes yang sederhana dan murah. Sederhana karena tugas yang diberikan tidak rumit, mudah dimengerti subyek dan waktu pengerjaan tidak lama. Murah karena hanya melibatkan beberapa lembar kerja HVS 70gr ukuran A4 dan sebatang pinsil HB.
1. Gambar Orang (Draw a Person Test)
Ada beberapa versi dari Tes Gambar Orang, yaitu versi Goodenough yang biasanya dipakai untuk memperoleh nilai I.Q Versi ini kemudian dikembangkan Harris sehingga dikenal sebagai Draw a Person Tes versi Goodenough-Harris. Apabila pada versi Goodenough subyek hanya menggambar 1 figur saja maka pada versi Goodenough Harris, subyek diminta untuk menggambar 3 figur, yaitu figur laki, perempuan dan figur diri. Pada dua tes ini, figur yang digambar diberikan penilaian kuantitatif, misalnya kepala diperoleh nilai : 1; mata diberi nilai 1; ada pupil diberi nilai 1 dan
seterusnya sehingga diperoleh skor total. Skor total ini masih diolah lebih lanjut sehingga akhirnya memunculkan nilai IQ.
Berbeda dengan yang disebut diatas adalah versi Machover yang tidak memberikan penilaian kuantitatif tetapi kualitatif. Versi Machover ini dilandasi teori Psikoanalisa.Figur manusia yang digambar dianggap sebagai persepsi si penggambar tentang dirinya dan bayangan tubuhnya. Walaupun gambar-gambar yang dibuat subyek biasanya merupakan bayangan tubuh dan konsep dirinya, tetapi perubahan-perubahan dalam sikap dan suasana hati karena situasi juga dinyatakan disini. Seringkali dipertanyakan, mengapa figur manusia yang digambar dan bukan figur lain? Jawabannya adalah sebagai berikut, yaitu figur manusia adalah yang paling dikenal, yang paling dekat dengan dirinya sehingga ia dapat menggambar berdasarkan pengalaman-pengalamannya. Administrasi tes tidaklah sukar. Persyaratan untuk tes adalah 2 lembar kertas HVS 70 mgr ukuran A4 dan 1 pinsil HB, penghapus. Perhatikan agar tidak menggunakan alas karton atau buku. Alas untuk menggambar harus keras dan licin
Instruksi adalah : Gambarlah orang
Apabila subyek sudah selesai dengan gambarnya, maka diberikan kertas lain lalu diberi instruksi:
”Sekarang gambarlah figur dengan jenis kelamin lain dari yang tadi digambar”
Selama subyek mengerjakan tes, tester membuat observasi dan mencatat semua pernyataan verbal subyek, komentar yang diberikan, cara ia menggambar, figur dengan jenis kelamin mana yang digambar terlebih dahulu, berapa lama ia menggambar?
Setelah subyek selesai menggambar, tester melakukan asosiasi, yaitu meminta subyek untuk membuat cerita tentang figur yang digambarnya. Dalam tes kelompok, sukar membuat asosiasi karena waktu yang tersedia terbatas. Disamping itu hanya 1 figur saja yang digambar. Waktu pelaksanaan dalam tes kelompok juga dibatasi, yaitu 10 menit.
Prinsip interpretasi. Pada waktu kita menghadapi lembar kertas dengan hasil karya subyek berupa figur manusia, maka seolah-olah kita berhadapan langsung dengan si penggambarnya. Kita akan mendapat kesan pertama tentang gambar
tersebut. Dalam analisis selanjutnya, kita berpegang pada 3 hal yaitu : ruang ; gerak dan bentuk.
Ruang adalah : Posisi figur diatas kertas, apakah ditempatkan ditengah, kiri, kanan, atas atau bawah?
Gerak adalah : Bagaimana pinsil diatas kertas bergerak membentuk figur manusia. Ini mencakup tekanan pinsil, cara subyek membuat garis dan bayangan.
Bentuk adalah : Bagaimana proporsi figur, apa yang digambar, elaborasi, detail, distorsi, ada yang tidak digambar dan sebagainya. Disamping itu masih perlu dipertimbangkan fungsi anggota tubuh yang mendapat penekanan. Penekanan
dapat berupa tambahan shading, hapusan, berulangkali diperbaiki, dipertebal, garis pada bagian tertentu berbeda dengan garis secara keseluruhan, lebih mendetail dan sebagainya. Adanya anggota tubuh yang tidak digambarpun perlu ditertimbangkan. Penekanan dibagian tertentu dari figur manusia menunjukkan adanya konflik pada bagian tersebut dan karena itu perlu diketahui fungsi dari berbagai bagian/organ tubuh.
Kepala : Dianggap sebagai tempat kegiatan intelek dan fantasi dan diasosiasikan dengan kontrol impuls dan emosi, kebutuhan sosialisasi dan komunikasi. Maka dikatakan bahwa orang yang menarik diri, neurotik tidak memberi banyak perhatian pada kepala. Bagian-bagian kepala berfungsi sebagai sumber utama dari kepuasan dan ketidak puasan sensoris disamping sebagai alat komunikasi. Mata, telinga dan mulut merupakan organ yang diperlukan dalam berhubungan dengan lingkungan, sehingga perlakuan yang berlebihan menunjukkan kemungkinan kecemasan yang berhubungan dengan fungsi-fungsi organ-organ tersebut.
Leher : Leher merupakan penghubung antara kepala dan badan, merupakan penghubung, dalam bahasa psikoanalisis antara super-ego, ratio, dan id, impuls, dorongan. Pada umumnya bila leher mendapat penekanan maka menunjukkan kemungkinan pemikiran subyek mengenai kebutuhannya untuk mengontrol impuls-impuls yang dirasakannya mengancam.
Badan : Badan, khususnya ”trunk” diasosiasikan dengan dorongan dorongan dasar. Subyek biasanya cenderung menggambar figur yang mirip dengan keadaan tubuhnya sendiri. Anak seringkali menggambar ”trunk” secara sederhana, persegi-empat atau lonjong. Tidak adanya bagian tubuh yang penting (kecuali pada anak) menunjukkan kemungkinan gangguan psikologis yang serius.
Bahu : Perlakuan terhadap bahu dianggap sebagai pernyataan dari perasaan kebutuhan akan kekuatan fisik. Orang normal akan menggambar bahu dengan jelas sedangkan orang dengan rasa rendah diri karena fisik yang kurus dan kecil akan menggambar figur dengan sebelah bahu lebar. Tidak adanya bahu terkadang dikatakan sebagai kemungkinan skizofreni atau kondisi kerusakan otak.
Lengan dan tangan:
Kondisi lengan dan penempatannya, yaitu menjauh dari tubuh atau melekat pada tubuh menunjukkan hubungan subyek dengan lingkungannya. Maka lengan yang ditaruh dipunggung sehingga hanya sebagian saja yang tampak, menunjukkan keengganan subyek untuk berhubungan dengan orang. Tangan yang dimasukkan ke dalam saku, atau tangan yang tidak tampak, diassosiasikan dengan konflik dan perasaan-perasaan bersalah yang berhubungan dengan kegiatan tangan tersebut.
Tungkai kaki dan kaki:
Figur dengan perlakuan tidak biasa terhadap kaki atau tungkai kaki berhubungan dengan perasaan aman atau tidak aman. Tungkai kaki merupakan sarana bergerak dan perlakuan terhadap bagian ini mencerminkan perasaan seseorang mengenai mobilitas.
Tes Grafis
Tehnik proyeksi yang dipakai tes grafis ini seringkali disebut sebagai tehnik ekspresif. Yang banyak dikenal dan banyak dipakai oleh para psikolog Indonesia adalah:
- Gambar Orang (Draw a Person Test)
- Gambar Pohon (Draw a tree Test)
- Tes Wartegg
Tes grafis disebut juga sebagai paper and pencil test karena hanya melibatkan 2 bahan tersebut dan dianggap sebagai tes yang sederhana dan murah. Sederhana karena tugas yang diberikan tidak rumit, mudah dimengerti subyek dan waktu pengerjaan tidak lama. Murah karena hanya melibatkan beberapa lembar kerja HVS 70gr ukuran A4 dan sebatang pinsil HB.
1. Gambar Orang (Draw a Person Test)
Ada beberapa versi dari Tes Gambar Orang, yaitu versi Goodenough yang biasanya dipakai untuk memperoleh nilai I.Q Versi ini kemudian dikembangkan Harris sehingga dikenal sebagai Draw a Person Tes versi Goodenough-Harris. Apabila pada versi Goodenough subyek hanya menggambar 1 figur saja maka pada versi Goodenough Harris, subyek diminta untuk menggambar 3 figur, yaitu figur laki, perempuan dan figur diri. Pada dua tes ini, figur yang digambar diberikan penilaian kuantitatif, misalnya kepala diperoleh nilai : 1; mata diberi nilai 1; ada pupil diberi nilai 1 dan
seterusnya sehingga diperoleh skor total. Skor total ini masih diolah lebih lanjut sehingga akhirnya memunculkan nilai IQ.
Berbeda dengan yang disebut diatas adalah versi Machover yang tidak memberikan penilaian kuantitatif tetapi kualitatif. Versi Machover ini dilandasi teori Psikoanalisa.Figur manusia yang digambar dianggap sebagai persepsi si penggambar tentang dirinya dan bayangan tubuhnya. Walaupun gambar-gambar yang dibuat subyek biasanya merupakan bayangan tubuh dan konsep dirinya, tetapi perubahan-perubahan dalam sikap dan suasana hati karena situasi juga dinyatakan disini. Seringkali dipertanyakan, mengapa figur manusia yang digambar dan bukan figur lain? Jawabannya adalah sebagai berikut, yaitu figur manusia adalah yang paling dikenal, yang paling dekat dengan dirinya sehingga ia dapat menggambar berdasarkan pengalaman-pengalamannya. Administrasi tes tidaklah sukar. Persyaratan untuk tes adalah 2 lembar kertas HVS 70 mgr ukuran A4 dan 1 pinsil HB, penghapus. Perhatikan agar tidak menggunakan alas karton atau buku. Alas untuk menggambar harus keras dan licin
Instruksi adalah : Gambarlah orang
Apabila subyek sudah selesai dengan gambarnya, maka diberikan kertas lain lalu diberi instruksi:
”Sekarang gambarlah figur dengan jenis kelamin lain dari yang tadi digambar”
Selama subyek mengerjakan tes, tester membuat observasi dan mencatat semua pernyataan verbal subyek, komentar yang diberikan, cara ia menggambar, figur dengan jenis kelamin mana yang digambar terlebih dahulu, berapa lama ia menggambar?
Setelah subyek selesai menggambar, tester melakukan asosiasi, yaitu meminta subyek untuk membuat cerita tentang figur yang digambarnya. Dalam tes kelompok, sukar membuat asosiasi karena waktu yang tersedia terbatas. Disamping itu hanya 1 figur saja yang digambar. Waktu pelaksanaan dalam tes kelompok juga dibatasi, yaitu 10 menit.
Prinsip interpretasi. Pada waktu kita menghadapi lembar kertas dengan hasil karya subyek berupa figur manusia, maka seolah-olah kita berhadapan langsung dengan si penggambarnya. Kita akan mendapat kesan pertama tentang gambar
tersebut. Dalam analisis selanjutnya, kita berpegang pada 3 hal yaitu : ruang ; gerak dan bentuk.
Ruang adalah : Posisi figur diatas kertas, apakah ditempatkan ditengah, kiri, kanan, atas atau bawah?
Gerak adalah : Bagaimana pinsil diatas kertas bergerak membentuk figur manusia. Ini mencakup tekanan pinsil, cara subyek membuat garis dan bayangan.
Bentuk adalah : Bagaimana proporsi figur, apa yang digambar, elaborasi, detail, distorsi, ada yang tidak digambar dan sebagainya. Disamping itu masih perlu dipertimbangkan fungsi anggota tubuh yang mendapat penekanan. Penekanan
dapat berupa tambahan shading, hapusan, berulangkali diperbaiki, dipertebal, garis pada bagian tertentu berbeda dengan garis secara keseluruhan, lebih mendetail dan sebagainya. Adanya anggota tubuh yang tidak digambarpun perlu ditertimbangkan. Penekanan dibagian tertentu dari figur manusia menunjukkan adanya konflik pada bagian tersebut dan karena itu perlu diketahui fungsi dari berbagai bagian/organ tubuh.
Kepala : Dianggap sebagai tempat kegiatan intelek dan fantasi dan diasosiasikan dengan kontrol impuls dan emosi, kebutuhan sosialisasi dan komunikasi. Maka dikatakan bahwa orang yang menarik diri, neurotik tidak memberi banyak perhatian pada kepala. Bagian-bagian kepala berfungsi sebagai sumber utama dari kepuasan dan ketidak puasan sensoris disamping sebagai alat komunikasi. Mata, telinga dan mulut merupakan organ yang diperlukan dalam berhubungan dengan lingkungan, sehingga perlakuan yang berlebihan menunjukkan kemungkinan kecemasan yang berhubungan dengan fungsi-fungsi organ-organ tersebut.
Leher : Leher merupakan penghubung antara kepala dan badan, merupakan penghubung, dalam bahasa psikoanalisis antara super-ego, ratio, dan id, impuls, dorongan. Pada umumnya bila leher mendapat penekanan maka menunjukkan kemungkinan pemikiran subyek mengenai kebutuhannya untuk mengontrol impuls-impuls yang dirasakannya mengancam.
Badan : Badan, khususnya ”trunk” diasosiasikan dengan dorongan dorongan dasar. Subyek biasanya cenderung menggambar figur yang mirip dengan keadaan tubuhnya sendiri. Anak seringkali menggambar ”trunk” secara sederhana, persegi-empat atau lonjong. Tidak adanya bagian tubuh yang penting (kecuali pada anak) menunjukkan kemungkinan gangguan psikologis yang serius.
Bahu : Perlakuan terhadap bahu dianggap sebagai pernyataan dari perasaan kebutuhan akan kekuatan fisik. Orang normal akan menggambar bahu dengan jelas sedangkan orang dengan rasa rendah diri karena fisik yang kurus dan kecil akan menggambar figur dengan sebelah bahu lebar. Tidak adanya bahu terkadang dikatakan sebagai kemungkinan skizofreni atau kondisi kerusakan otak.
Lengan dan tangan:
Kondisi lengan dan penempatannya, yaitu menjauh dari tubuh atau melekat pada tubuh menunjukkan hubungan subyek dengan lingkungannya. Maka lengan yang ditaruh dipunggung sehingga hanya sebagian saja yang tampak, menunjukkan keengganan subyek untuk berhubungan dengan orang. Tangan yang dimasukkan ke dalam saku, atau tangan yang tidak tampak, diassosiasikan dengan konflik dan perasaan-perasaan bersalah yang berhubungan dengan kegiatan tangan tersebut.
Tungkai kaki dan kaki:
Figur dengan perlakuan tidak biasa terhadap kaki atau tungkai kaki berhubungan dengan perasaan aman atau tidak aman. Tungkai kaki merupakan sarana bergerak dan perlakuan terhadap bagian ini mencerminkan perasaan seseorang mengenai mobilitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah memberikan komentar Anda...